Kerugian Besar Hantui Peternak Ayam Petelur

ANGGOTA Fraksi Partai Golkar DPRD Karangasem, I Nyoman Sumadi. Foto: ist

KARANGASEM – Peternak ayam petelur di Karangasem sempat semringah pada akhir tahun 2021 lalu lantaran harga lumayan stabil. Sayang, pada awal tahun 2022 ini harga telur kembali anjlok. Kondisi itu membuat galau pengusaha telur ayam, karena daya jual tidak stabil dengan frekuensi penjualan.

Menurut peternak ayam petelur di wilayah Desa Pesedahan, Manggis, I Nyoman Sumadi, sebelumnya situasi sempat membaik setelah harga telur menjanjikan pada Desember 2021 lalu. Saat itu harga per tray isi 30 butir mencapai Rp48 ribu.

Bacaan Lainnya

Namun, Januari ini kembali merasakan kemerosotan gegara harga terjun bebas. “Masuk bulan Januari 2022 harganya mulai anjlok mencapai 27 ribu per tray sejak tiga hari lalu,” keluhnya, Kamis (27/1/2022).

Sumadi yang juga anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Karangasem ini menambahkan, merosotnya harga telur saat ini akibat tingkat daya beli konsumen berkurang. Kondisi ini terjadi di seluruh Indonesia. “Untuk harga nasionalnya per kilo 16 ribu rupiah isi 16 butir,” imbuhnya.

Sumadi memiliki ternak ayam 20 ribu ekor, dengan menghasilkan 15 ribu telur per hari. Dia mesti menyediakan pakan ternak sedikitnya 2,5 ton sehari. Dengan harga pakan campuran per kilo Rp6.320, berarti dia mesti mengeluarkan biaya Rp15,8 juta sehari. Secara kalkulasi bisnis, nilainya jelas rugi.

Lebih jauh dituturkan, produksi telur yang tidak ditetaskan berarti secara otomatis kalah bersaing dari segi harga. Di samping itu, dia juga kesulitan dengan adanya aturan baru ketika mengirim telur ke luar daerah, misalnya ke NTB.

Sebab, harus dilengkapi dokumen seperti isin halal, juga dokumen pesanan dari pemesan. “Dulu saya sering mengirim ke NTB tidak seperti ini, harus dilengkapi dokumen. Sekarang kok malah ribet?” sungutnya.

“Saya mewakili para peternak ayam petelur di Karangasem berharap pemerintah melakukan kontrol tata niaga dengan serius. Seperti menjaga harga telur, juga harga pakan tetap stabil. Sebab, selama ini kami membeli pakan seperti jagung dari broker yang dikuasai pengepul,” tandasnya bernada mengeluh. nad

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses