Tempat Pengabenan di Setra Badung Di-“pelaspas”, Diharap Krama Adat Denpasar Tak Cari Krematorium ke Luar Desa

UPACARA pemelaspasan tempat pengabenan di kawasan Setra Agung Badung, Desa Adat Denpasar pada Rabu (19/1/2022) dihadiri Wali Kota Jaya Negara. Foto: ist
UPACARA pemelaspasan tempat pengabenan di kawasan Setra Agung Badung, Desa Adat Denpasar pada Rabu (19/1/2022) dihadiri Wali Kota Jaya Negara. Foto: ist

DENPASAR – Setelah rampungnya pembangunan tempat pengabenan sejenis krematorium di kawasan Setra Agung Badung, dilanjutkan upacara melaspas pada Rabu (19/1/2022). Pemelaspasan dihadiri Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara; Penglingsir Puri Agung Denpasar, AA Oka Ratmadi; Penglingsir Puri Pemecutan, anggota DPRD Provinsi Bali, AAN Adi Ardhana; Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, Made Muliawan Arya; serta undangan lainnya.

Bendesa Adat Denpasar, AAN Rai Sudarma, mengatakan, rencana pembangunan tempat pengabenan ini sudah dirancang sejak 2017 lalu. Namun pembangunan baru mulai awal 2021 dan diakhir 2021 pembangunannya rampung.

Bacaan Lainnya

‘’Setelah pembangunan rampung, hari ini (kemarin) dilaksanakan pemelaspasan dan mendem pedagingan serta prosesi mecaru,” kata Rai Sudarma.

Tempat pengabenan ini berada di atas lahan seluas 33 are di Setra Bugbug yang berada di kawasan Setra Agung Badung. Setra Agung Badung memiliki luas 9,3 hektare. Sementara Setra Bugbug memiliki luas 40 are. Lokasi tempat pengabenan ini berada di sisi barat daya Setra Badung.

Pembangunan tempat pengabenan dibantu Pemkot Denpasar

dengan anggaran sebesar Rp1,9 miliar lebih. Pengerjaannya dilakukan oleh CV Agnesa Bangun Persada. Rai Sudarma menjelaskan, pembangunan ini tidak akan mengurangi makna pengabenan termasuk adat dan budaya yang ada di dalamnya. Pembangunan tempat pengabenan ini tujuannya untuk memperlancar pelaksanaannya, sehingga diperlukan kelengkapan berupa bangunan.

Dia mengatakan, situasi saat ini mengharuskan para generasi muda untuk berpikir lebih ke depan lagi. Pembuatan tempat pengabenan ini bukan ingin menghilangkan adat budaya, melainkan menguatkan adat budaya. Dengan adanya tempat pengabenan ini diklaim dapat membantu dan meringankan beban biaya krama Desa Adat Denpasar dalam melaksanakan upacara pitra yadnya.

“Kita lihat jumlah krama yang mencapai sekitar 18.000 orang dari 105 banjar. Di antara mereka sampai ada yang keluar desa mencari krematorium karena mereka minim dana. Jadi, tujuan kita jangan sampai mereka melakukan ngaben ke luar. Inilah tujuan kita untuk meringankan beban masyarakat Desa Adat Denpasar,” tandasnya.

Wali Kota Jaya Negara mengapresiasi telah rampungnya tempat pengabenan ini. ‘’Pembangunan tempat pengabenan ini tentu dilandasi dengan niat baik semua pihak untuk mempermudah krama dan masyarakat di dalam prosesi upacara pitra yadnya. Kedepan, dengan adanya tempat pengabenan diharapkan tidak ada permasalahan sehingga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,’’ kata Jaya Negara. rap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses