“Sidi Kara Jati”, Kebersamaan Lintas Klan Ngaben Kinembulan Peliatan

PETULANGAN “Sidi Kara Jati” sebagai simbol gabungan berbagai bentuk petulangan dalam satu sarana yadnya, wujud kebersatuan krama dua banjar. Foto: ist
PETULANGAN “Sidi Kara Jati” sebagai simbol gabungan berbagai bentuk petulangan dalam satu sarana yadnya, wujud kebersatuan krama dua banjar. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Satu bentuk kebersamaan unik ditunjukkan krama Banjar Teges Kawan dan Banjar Teges Yangloni, Desa Adat Peliatan, Ubud dalam pelaksanaan atiwa-atiwa kinembulan tahun ini. Kedua banjar yang berbeda soroh (klan) tersebut mempersembahkan satu petulangan yang menggabungkan berbagai bentuk petulangan dalam satu bentuk yang dinamai “Sidi Kara Jati”.

Petulangan ini menyita perhatian warga dan pengguna jalan yang melintas, lantaran dipajang di depan Balai Banjar setempat dalam ukuran jumbo dan wujud yang mencolok. Sekilas menyerupai gajah karena belalainya, tapi wajahnya menyerupai naga dan singa, bertanduk seperti lembu, bersisik naga, berekor ikan, dan memiliki sayap seperti sardula.

Bacaan Lainnya

Petulangan ini adalah perwujudan dari kebersatuan krama kami di dua banjar dalam melaksanakan Pitra Yadnya. Nama ‘Sidi Kara Jati’ bermakna kesatuan yang tulus dalam yadnya untuk leluhur,” ujar Kelian Banjar Teges Kawan, I Wayan Mudalara; diamini Kelian Banjar Teges Yangloni, I Made Sandiyasa Astawa, Kamis (7/8/2025).

Selain petulangan, sarana lainnya seperti petak serta pelaksanaan upacara juga dilaksanakan bersama, kecuali untuk unsur yang memang harus disesuaikan dengan masing-masing sawa. Dalam atiwa-atiwa tahun ini diikuti 18 sawa, dengan skema pembiayaan yang diupayakan efisien melalui dukungan punia serta pengelolaan teknis bersama.

Rangkaian prosesi dilaksanakan selama 18 hari, dimulai pada 26 Juli hingga 13 Agustus 2025, dengan puncak upacara dilaksanakan pada akhir periode tersebut. Efisiensi tak hanya menyentuh aspek biaya, juga teknis pelaksanaan, tanpa mengurangi makna dan sakralitas yadnya.

Bendesa Adat Peliatan, Cokorda Putra Wisnu Wardana, saat menyerahkan punia untuk atiwa-atiwa, mengapresiasi kuatnya rasa persatuan krama Banjar Teges Kawan, Banjar Teges Yangloni, dan Banjar Pande Peliatan. Secara teknis pelaksanaan upacara, dari tahun ke tahun terus disempurnakan tanpa mengurangi makna. “Kebersatuan krama, khususnya dari banyak soroh yang menyatu di Teges Kawan dan Teges Yangloni sangat relevan menjadi percontohan,” ujarnya.

Dia berharap semangat dan ketulusan yadnya yang diwujudkan dalam bentuk “Sidi Kara Jati” dapat menjadi inspirasi, dan tonggak penguatan pelaksanaan Pitra Yadnya yang dinamis di masa depan. adi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses