BADUNG– Pengukuhan guru besar Politeknik Negeri Bali di kampus Bukit Jimbaran pada Kamis (9/10/2025) berlangsung semarak namun khidmat. Ada enam guru besar yang dikukuhkan, salah satunya adalah Prof. Dr. I Gede Mudana, M.Si. Dengan pengukuhan ini, kampus penyedia sumber daya manusia profesional ini memiliki 17 profesor (guru besar) yang tersebar di tujuh departemen, yaitu Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Informatika, Administrasi Bisnis, Akuntansi, dan Pariwisata.
Mudana tercatat sebagai guru besar ke-17. Dia salah satu dosen Program Doktor (S3) Bisnis Pariwisata yang menyampaikan orasi ilmiah bertema “Pariwisata Budaya Berkelanjutan: Glokalisasi Sustainabilitas dalam Pariwisata”. Orasinya menarik, kontekstual sekaligus menantang karena intisari paparan Editor-in-Chief International Journal of Glocal Tourism ini menawarkan jalan tengah (the third way), bahkan jalan keluar (the way out), dari perseteruan diskursif antara gerakan progresif globalisasi dan kebertahanan ekspresif lokalisasi. Dalam konteks pariwisata, globalisasi memfenomena secara mondial melalui pariwisata berkelanjutan, sementara lokalisasi, dalam hal ini pariwisata budaya, yang skalanya jauh lebih kecil dan mikro, mencoba tetap bertahan dan resilien meskipun diam-diam semakin terlupakan bahkan dalam pengembangan pariwisata itu sendiri. Tawaran Mudana mengenai pariwisata budaya berkelanjutan (sustainable cultural tourism) ini ditemukan dari proses teoretisasi mendalam secara interdisipliner di antara Ilmu Terapan Bisnis Pariwisata, Critical Cultural Studies, Antropologi Budaya, Sosiologi Kontemporer, dan Semiotika Postmodern.
Glokalisasi, dari kata: global+lokal, merupakan paduan antara entitas global(isasi) dan lokal(isasi). Pokok dari gagasan pariwisata budaya berkelanjutan adalah, sesuai jejak historis dan tautan maknanya, pariwisata budaya adalah basis dan titik berangkat pengembangan pariwisata yang dalam perjalanannya tidak imun tetapi dinamis dan terbuka untuk mengintegrasikan parameter-parameter ilmiah dan universal yang dibawa oleh kewajiban untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial dalam pariwisata berkelanjutan. Dengan demikian tidak akan ada kuasa hegemonik paradigma besar atas paradigma kecil di samping tidak akan ada paradigma kecil yang ditinggalkan pasar global akibat sikap anti-nilai-nilai sustainabilitas yang dibawa oleh pariwisata berkelanjutan. Apalagi, pariwisata budaya berkelanjutan sebagai perkawinan global-lokal sangat selaras dengan tagline filosofis-futuristik yang sudah lebih dahulu mendunia: thinking global acting local (berpikir global bertindak lokal).
Mudana lahir di Karangasem pada 2 Desember 1964, merupakan lulusan Program Doktor Kajian Budaya di Universitas Udayana tahun 2005 dengan peminatan Pariwisata Budaya dan Globalisasi. Memiliki dua anak, Putu Paramarthika Vidya, L.Sc.Soc, M.Tr.Par dan I Gede Bayu Putra Upadana yang masih kuliah, serta satu cucu berumur 1,5 tahun bernama Putu Sheranika Satyadanti. Istrinya, Dr. Ni Wayan Ardini M.Si, dosen dan Wakil Direktur Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Bali. hen