Cegah “Self Harm”, Penting Kesejahteraan Psikologis bagi Siswa

MENCEGAH kasus self harm (menyakiti diri) dikalangan remaja memotivasi SMP Sapta Andika Denpasar untuk mengemas pembelajaran Bimbingan Konseling (BK) melalui kegiatan pencegahan perilaku menyakiti diri dan latihan penanganan stres. Foto: ist
MENCEGAH kasus self harm (menyakiti diri) dikalangan remaja memotivasi SMP Sapta Andika Denpasar untuk mengemas pembelajaran Bimbingan Konseling (BK) melalui kegiatan pencegahan perilaku menyakiti diri dan latihan penanganan stres. Foto: ist

DENPASAR – Pembelajaran tidak hanya semata-mata meraih nilai akademik yang tinggi. Pengendalian diri dalam bersikap juga menjadi hal penting yang harus dikuasai peserta didik. Maraknya kasus self harm (menyakiti diri) dikalangan remaja memotivasi SMP Sapta Andika Denpasar untuk mengemas pembelajaran Bimbingan Konseling (BK) melalui kegiatan pencegahan perilaku menyakiti diri dan latihan penanganan stres.

‘’Program ini merupakan tahap pencegahan (preventif) dan juga komitmen SMP Sapta Andika untuk selalu mempersiapkan baik fisik maupun psikis peserta didik sebelum menerima pembelajaran lebih lanjut,’’ ujar Kepala SMP Sapta Andika Denpasar, I Gede Eka Nuryada, ST.,  Selasa (18/2/2023).

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut dikatakan Eka Nuryada, pola pencegahan perilaku menyakiti diri dan latihan penanganan stres yang diberikan pada siswa, yaitu pengelolaan emosi dan stres,  lalu pencegahannya berupa coping stres dan relaksasi pernapasan dan otot progressif. Menurut dia, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal semestinya menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan anak, sebab hampir seperempat waktunya dihabiskan di sekolah.

‘’Sekolah haruslah aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan salah lainya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan,’’ ungkapnya didampingi guru BK, Ni Ketut Sentiutari, I Gusti Ayu Made Adirasmi, I Gusti Agung Diah Rusdayanti, dan Putu Leineke Aghet Thaniasari.

Sekolah yang beralamat di Jalan Gunung Patuha Gg. V No. 19, Desa Tegal Harum, Denpasar Barat, ini telah berkomitmen tinggi menjadikan sekolah tempat yang ramah bagi anak dengan menggiatkan BK yang siap mengakomodir kebutuhan psikologis anak. Dengan tenaga guru BK yang andal, telah terlaksana berbagai kegiatan di antaranya program konseling terjadwal bagi anak di sekolah yang terjamin kerahasiaannya, kegiatan pencegahan bullying, stres, kesulitan dalam belajar dan masalah psikis lainnya.

Terpisah, psikolog Aritya Widianti, S.Psi., M.Psi., Psikolog, mengungkapkan, self harm adalah perilaku menyakiti diri sendiri yang disebabkan oleh beberapa hal. Hal yang dapat menyebabkan seseorang melakukan self harm di antaranya; memiliki trauma akan peristiwa tertentu di masa lalu.

Dari kondisi tersebut, self harm bagi seseorang yang melakukannya akan dianggap sebagai cara untuk melupakan kejadian traumatis tersebut. Memiliki gangguan mental tertentu, seperti depresi, psikosis, autisme, dan lain sebagainya.

Merasa tertekan dan memendam perasaan negatif dalam kurun waktu yang lama. Misalnya, tekanan yang muncul dari masalah keluarga akan menimbulkan perasaan negatif pada seseorang. Pada kondisi ini, penderita self harm cenderung melukai dirinya sendiri untuk meluapkan emosi atau perasaan negatifnya. Tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan baik yang berujung stres dan depresi.

Lebih lanjut Aritya Widianti mengatakan, karena umumnya dilakukan untuk melepaskan emosi terpendam, penderita self harm perlu mengatasinya dengan mengalihkan perhatian mereka ke hal-hal positif. Misalnya, saat memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri, segeralah mengalihkan keinginan tersebut dengan berolahraga untuk melepas emosi.

Memang, cara berhenti self harm satu ini terkesan sedikit sulit terlebih jika penderitanya sudah terbiasa menyakiti diri sendiri. Untuk itu, sebaiknya berdiskusi dengan profesional, seperti psikiater atau psikolog. ‘’Berkonsultasi dengan profesional dapat membantu dalam mengenali pemicu awal self harm serta mengatasinya melalui beberapa terapi tertentu,’’ tandas Dosen Prodi Psikologi Universitas Bali Internasional ini. tra

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses