DENPASAR – Jumlah bakal calon anggota DPD RI dari Bali mulai menyusut, seiring ada yang gagal melewati tahapan verifikasi administrasi tahap 2 atau perbaikan. Dari semula 22 orang, kini tinggal 19 orang karena tiga bakal calon tereliminasi. Agar tidak ada potensi kekuatan bakal calon yang “terbuang”, Gede Suardana sebagai salah satu yang lanjut ke tahap verifikasi faktual, mencoba merangkul kandidat yang tersingkir.
Berdasarkan data dari KPU Bali, Jumat (3/2) tiga bakal calon yang terdepak dari jalur verifikasi administrasi perbaikan ini adalah Anak Agung Ngurah Agung, Wartha D. Sandy, dan Wayan Kantha Adnyana. Ngurah Agung membawa dukungan minimal sebanyak 2.026 KTP, tapi yang kemudian yang dinyatakan memenuhi syarat setelah diverifikasi hanya 1.331 dukungan. Karena dukungan minimal adalah 2.000 yang tersebar di minimal lima kabupaten/kota, maka dengan sendirinya Ngurah Agung dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
Wartha D. Sandy semula membawa 2.140 sebagai dukungan minimal. Tapi setelah verifikasi tahap pertama dan kedua, yang memenuhi syarat hanya sebanyak 1.749. Wayan Kantha Adnyana pada saat datang ke KPU menyerahkan 2.024 dukungan. Sayang, dalam perjalanan verifikasi administrasi tahap 1 dan 2, yang benar-benar memenuhi syarat hanya 1.773. Hasil akhir, perjalanan Wartha dan Kantha menjajal kontestasi DPD RI dari Bali, hanya mampu sampai di sini.
Salah satu bakal calon yang lolos vermin perbaikan, Gede Suardana, yang dihubungi, mengaku gembira mampu lolos sejauh ini meski menyandang predikat pendatang baru. Dia mengucapkan terima kasih kepada KPU dan Bawaslu Bali yang dalam proses vermin melakukan komunikasi dengan baik. “Terima kasih juga kepada semua pendukung yang membantu pengumpulan KTP,” ucapnya via telepon usai menghadiri rapat rekapitulasi hasil vermin perbaikan dan persiapan verifikasi faktual oleh KPU Bali.
Meski lolos, dia mengaku belum girang dulu. Sebab, masih ada tahapan verifikasi faktual (verfak) di depan mata. Suardana menyiapkan tim penghubung di semua kabupaten/kota, karena komposisi tiap daerah berbeda sesuai sampling. Di mana dukungan yang banyak, di sana tim penghubung dioptimalkan.
“Kalau bisa lewat vermin, sekarang upaya maksimal lolos verfak tahap pertama,” sebut mantan Ketua KPU Buleleng itu.
Kepada kolega yang tidak lolos, terutama Ngurah Agung, dia mengucapkan kasih dan mengapresiasi perjuangan dalam proses dukungan awal. Suardana mendaku ada komitmen untuk membangun komunikasi lebih lanjut dengan Ngurah Agung, sekaligus membuka ruang kerja sama lebih lanjut. Hanya, dalam bentuk apa kerjasama itu, dia mendaku harus dibicarakan lebih intensif lagi.
Sebagai sesama pejuang untuk ke Senayan, dia menggagas tradisi politik baru di ranah kontestasi DPD RI dengan menjaga soliditas sesama calon. Tujuannya untuk meninggalkan warisan bagus di DPD, dan mengirim pesan ke khalayak bahwa politik bisa dibuat sejuk dan sehat. Bentuknya, kata dia, dengan membuka ruang komunikasi di antara para calon sebulan sekali. Ide itu ditawarkan ke Luh Djelantik, Ismaya dan Agung Sudarsana.
“Saya ingin sesama bakal calon tetap guyub meski tetap berkompetisi sehat, jadi konstituen juga merasakan aura yang sama. Kalau patronnya saja bersahabat, di bawah niscaya sama. Intinya, karena sama-sama berjuang untuk Bali, harus didasari solidaritas yang kuat,” urainya menandaskan. hen