Sepuluh Seniman Muda Luncurkan Buku “Seni Mau Dibawa ke Mana”

PARA seniman usai diskusi buku berjudul “Seni Mau Dibawa ke Mana” di Panjer, Denpasar. Foto: ist
PARA seniman usai diskusi buku berjudul “Seni Mau Dibawa ke Mana” di Panjer, Denpasar. Foto: ist

DENPASAR – Tak cuma hebat membuat karya seni, namun seorang seniman akademis akan mendapat pengakuan apabila mampu melahirkan karya dalam bentuk tulisan. Hal itu dijawab oleh sepuluh seniman muda Bali lewat karya buku berjudul “Seni Mau Dibawa ke Mana?”

Mereka adalah I Made Rianta, I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, Kadek Anggara Rismandika, I Kadek Dwi Santika, Praptika Kamalia Jaya,I Putu Gede Indra Parusha,I Putu Ardiyasa,I Kadek Bhaswara Dwitiya, A.A. Putra Dwipayana,I Dewa Ketut Wicaksandita. Para seniman yang rata-rata lulusan Pascasarjana ISI Yogyakarta ini merupakan seniman lintas genre atau latar belakang seni.

Bacaan Lainnya

Buku setebal 200 halaman ini diluncurkan dan dibedah pada Jumat (4/12/2020) lalu di Warung Men Brayut, Panjer, Denpasar. Dalam kesempatan ini terungkap, penulis ingin menjadikan buku ini bisa memantik pemikiran kreatif. Buku ini diharapkan mampu membangun wahana berkesenian di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Pegiat seni Kadek Wahyudita selaku pembedah dalam kesempatan ini mengatakan, hadirnya buku seni yang ditulis oleh seniman muda Bali ini patut diapresiasi. Menurutnya, selama ini penulisan seni di Bali sangat minim, terlebih yang ditulis langsung oleh seniman. Dengan tampilnya sepuluh seniman ini, dia yakin penulisan seni akan semakin bergairah di masa mendatang.

Baca juga :  Moncol MWBW Gelar Pesamuhan Ageng Rsi Bhujangga Waisnawa

“(Selama ini) kita selalu mentok menarasikan karya, meski dari garapan karya seniman kita sangat andal dan kaya ide atau gagasan, namun ketika dalam menuliskan karyanya itu banyak yang gagal menuangkan idenya dalam bentuk tulisan yang baik dan enak dibaca,” tutur Wahyudita.

Klian Penggak Men Mersi ini menyebutkan, dalam penulisan seni, ada beberapa hal yang diperhatikan. Penulis memperhatikan seni dalam konteks kesadaran, pengembaraan penulis hingga pengembangan dan membangun keindahan. Artinya, gejala-gejala sekarang ini mampu ditulis dengan apik untuk menjadi catatan di masa mendatang.

“Bagi saya buku yang digarap teman-teman seniman muda ini adalah buku ilmiah populer,” ujarnya.

Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra, salah seorang penulis, mengungkapkan dalam penciptaan seni memang persoalan praktik lebih menonjol dibandingkan menulis. “Kendalanya memang sulit merumuskan karya mejadi bahasa tulis agar menarik untuk dibaca. Itu yang terjadi yang saya alami,” ungkapnya.

Menurut Gus Bang, era sekarang kolaborasi sangat penting. “Perlunya kolaborasi antara pegiat seni, semisal seniman tari, tata panggung, seniman kerawitan, ahli dibidang fotografi, dan sebagainya untuk menghasilkan karya-karya seni yang bagus,” ucapnya.

Kadek Bhaswara Dwitiya menambahkan, penulis sangat berharap pembaca mendapat banyak cara pandang dalam melihat seni sebagai suatu yang berkelindan. Karena seni bukan lagi objek yang sempit dalam makna indah, namun luas dalam jangkauan keseharian yang rutin dilakukan manusia sebagai pelaku.

Baca juga :  Viral Corn Dog, Badan Pengelola FKSPA Besakih Gelar Investigasi, Balai BPOM Denpasar Nyatakan Bebas Zat Berhahaya

Para penulis yang notabene merupakan praktisi seni dan peneliti seni, sudah barang tentu memiliki pengalaman yang perlu untuk diketahui. Melalui buku ini khalayak dapat melihatnya secara lebih jauh. “Buku ini akan kami sumbangkan buku ini ke sejumlah lembaga, ada kampus ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, IKJ, dan beberapa instansi lainnya,” pungkas Dwitiya. rap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.