POSMERDEKA.COM, KARANGASEM – Serangkaian memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) tahun 2024 yang jatuh setiap tanggal 26 April, ratusan siswa termasuk guru-guru SDN 2 Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali, mengikuti simulasi gempa bumi. Simulasi ini didukung Yayasan BAWA (Bali Animal Welfare Association) sebagai pendamping masyarakat melalui program pengurangan risiko dan tanggap bencana.
Simulasi diikuti oleh sekitar 250 orang dari unsur siswa, guru dan kelompok masyarakat penanggulanan bencana. Simulasi ini merupakan bagian dari kampanye edukasi sekolah yang telah dilakukan sejak Februari 2024 di Dusun Bunga dan Bonyoh. Tujuannya, meningkatkan kemampuan respon dari siswa dan guru-guru di sekolah menghadapi ancaman bencana yang berpotensi terjadi di lingkungan sekolah mereka.
Seperti diketahui, Karangasem merupakan kabupaten yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi, baik itu erupsi gunung api, gempa bumi, dan banjir lahar dingin. Kecamatan Kubu termasuk ke dalam Kawasan rawan bencana Gunung Agung, dimana dalam kurun waktu 5 tahun kebelakang telah terjadi beberapa bencana yang meluluhlantahkan wilayah Kubu dan wilayah lainnya di Kabupaten Karangasem.
Situasi ini diperburuk masih rendagnya pemahaman masyarakat terhadap risiko bencana, sehingga memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intens lagi, tidak hanya dari pemerintah, namun diperlukan keterlibatan lebih banyak komponen untuk membangun kesiapsiagaan dan mengurangi risiko yang ada.
Program pengurangan risiko dan tanggap bencana yang dilakukan di wilayah rawan bencana dengan fokus membangun ketangguhan ternak dan hewan peliharaan merupakan hal yang baru di Provinsi Bali, bahkan sangat jarang dilakukan di Indonesia. Sebab selama ini, endekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program pengurangan risiko bencana atau tanggap darurat bencana selalu hanya berfokus pada manusianya saja.
Dalam kegiatan simulasi yang digelar Selasa (23/4/2024), para siswa diberikan informasi-informasi mengenai kesiapisiagaan bencana dan kesejahteraan hewan, yang diharapkan mampu dipahami dan dipraktekkan siswa. Materi-materi seperti jenis bencana, tas siaga, apa yang harus dflakukan jika bencana terjadi hingga membuat peta evakuasi mandiri dikemas dengan atraktif dan menarik untuk para siswa.
Para siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan edukasi ini, terlihat setiap siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 secara aktif berpartispasi dalam kelas. Mereka silih berganti menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana. Selain itu, para siswa mendapatkan buku aktivitas anak yang berisi informasi dan permainan-permainan interaktif yang bertujuan untuk membangun kesadaran para siswa.
“Program edukasi terkait kesiapsiagaan bencana dan kesejahteraan hewan ini sangat penting diberikan ke siswa kami, mengingat wilayah kami berada di KRB III sehingga ilmu ini tentunya akan membantu kami sebagai guru dan seluruh siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana”, ungkap I Ketut Sudana, salah satu guru wali kelas di sekolah tersebut saat ditemui di sela-sela kegiatan.
Sementara itu, Konsultan DRR dari Yayasan BAWA, Ade Andreawan menjelaskan, simulasi seperti ini sebelumnya juga dilakukan di Sekolah Dasar di Dusun Bunga, selanjutnya kegiatan serupa juga akan dilakukan di SD Negeri 8 Ban yang berlokasi di wilayah Banjar Adat Bonyoh. Pelaksanaan simulasi ini diharapkan memberikan bekal ilmu bagi seluruh elemen yang ada di kedua dusun ini.
“Kegiatan simulasi ini merupakan bagian dari membangun ketangguhan masyarakat untuk seluruh elemennya, dimana sebelumnya kita sudah berproses dengan masyarakat termasuk kelompok perempuan, remaja serta lanjut usia dan saat ini kita berproses dengan anak-anak sekolah yang termasuk kelompok rentan dalam situasi darurat,” ungkap Ade.
Kolaborasi para pihak ini menunjukkan sinergi yang efektif untuk membangun ketangguhan masyarakat, dimana program ini merupakan bagian komitmen dari Yayasan BAWA untuk pemberdayaan dan penguatan kapasitas masyarakat termasuk anak usia sekolah terkait pengurangan risiko bencana serta kesehatan hewan.
”Pada saat kita berbicara ketahanan masyarakat, maka hal ini tidak hanya melulu tentang manusianya akan tetapi terkait juga dengan lingkungannya, risiko yang ada serta aset yang mereka miliki untuk bangkit kembali setelah bencana terjadi,” pungkas Ade. yes