Makin “Pedas”, Harga Cabai Tembus Rp80.000

PEDAGANG bawang dan cabai di Pasar Kidul. Harga cabai makin “pedas” belakangan ini, terutama memasuki persiapan hari Raya Galungan-Kuningan. Kenaikan harga cabai juga diikuti bumbu dapur lainnya. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BANGLI – Harga cabai makin “pedas” belakangan ini, terutama memasuki persiapan hari Raya Galungan-Kuningan. Kenaikan harga cabai juga diikuti bumbu dapur lainnya.

Hasil pantauan pada Minggu (25/2), harga cabai kecil merah di warung-warung mencapai Rp80.000/kg. Beras premium Rp17.000/kg, gula pasir Rp17.000/kg, telur ayam Rp28.000/kg, minyak goreng Rp17.000/liter, daging babi Rp80.000/kg. Kemudian daging ayam Rp38.000/kg, bawang merah Rp25.000/kg, dan bawang putih Rp35.000/kg.

Bacaan Lainnya

“Untuk harga cabai, kenaikannya terjadi secara bertahap sejak beberapa pekan terakhir. Mungkin akibat dampak cuaca buruk,” ujar Jro Astiti (56), warga asal Desa Tembuku, Bangli.

Menurutnya, cuaca buruk menyebabkan tanaman cabai petani banyak yang gagal panen, dan pasokan dari luar Bali belum masuk. Karena itu, dia mengaku khawatir harga akan terus meroket menjelang Hari Raya Galungan. “Untuk yang sekarang saja, harganya sudah begitu mahal. Saya harap pemerintah bisa melakukan operasi pasar agar harga bisa dikendalikan,” pintanya.

Kenaikan harga daging ayam dan babi, sambungnya, dinilai biasa terjadi memasuki Galungan karena naiknya permintaan. Puncak kenaikan harga diprediksi terjadi pada Senin (17/2) hingga Selasa (27/2).

Hal yang sama juga disampaikan pedagang di Pasar Kidul Bangli, Ni Wayan Asmini. Menurutnya, lonjakan harga cabai di pasaran terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Saat hari normal, harga berkisar Rp30.000 hingga Rp35.000/kg.

Baca juga :  PMI Salurkan Bantuan Air Bersih ke Desa Tianyar

Namun, sejak hujan deras terus mengguyur, harga cabai kecil melambung sampai Rp80.000/kg. Cabai lombok juga ikut naik, dari Rp40.000 jadi Rp45.000/kg. Cabai keriting yang awalnya Rp25.000 juga naik menjadi Rp35.000/kg.

Disinggung penyebab meningkatnya harga cabai, Asmini menyebut dipicu kemarau panjang kemudian hujan. Pasokan dari petani di Klungkung dan Kintamani juga terhambat. “’Karena harga mahal, konsumen mau membeli cabai yang sedikit busuk. Harganya tentu lebih murah,” jelasnya. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.