POSMERDEKA.COM, BANGLI – Di balik harga beras yang melonjak belakangan ini, para petani di Bangli justru kelimpungan. Sebab, pada musim tanam tahun ini, jatah pupuk yang diterima petani berkurang. Sejauh ini belum jelas apa yang menyebabkan pengurangan jatah pupuk tersebut.
Kelian Subak Tegallalang, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Sang Ketut Rencana, Senin (18/3/2024) mengakui ada pengurangan jatah pupuk petani. Kata dia, sebelumnya petani mendapat jatah pupuk sebanyak 2 kilogram per are. Namun, dalam musim tanam tahun ini jatah pupuk hanya 1 kilogram per arenya.
Pengurangan kuota pupuk ini jelas tidak ideal. “Dengan jatah ini tentu hanya cukup untuk satu kali pemupukan, sedangkan untuk tanaman padi diperlukan dua kali pemupukan sampai panen,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan, saat ini terpaksa dilakukan rotasi pupuk. Kebetulan dari tempek (kelompok) yang ada, musim tanamnya tidak bersamaan. Meski demikian, hal ini tentu jadi hambatan petani dalam menghasilkan padi yang maksimal. “Kami harap pada musim tanam kedua nanti distribusi pupuk kembali normal seperti sediakala. Jadi, para petani bisa menggarap lahan lebih maksimal,” harapnya.
Terkait pengurangan pupuk ini, dia berkisah petani terpaksa akan membeli pupuk nonsubsidi agar tanaman padi bisa berproduksi dengan bagus. Dengan pembelian pupuk nonsubsidi, tentu menambah biaya bagi petani karena harganya lebih mahal.
Untuk pupuk nonsubsidi harganya mencapai Rp9.000 per kilogram. Selain membeli pupuk nonsubsidi, petani juga akan mengupayakan penggunaan pupuk organik agar biaya produksi tidak terlalu tinggi.
Dia menguraikan, dari 36 hektar lahan yang ada di Subak Tegalalang, sekitar 15 hektar kini tengah memasuki musim tanam. Karena itu Rencana berharap pemerintah kembali meningkatkan anggaran untuk pupuk.
Dengan demikian petani mendapat pupuk sesuai kebutuhan. “Kita kurang tahu secara jelas penyebab penurunan subsidi. Informasi dari Dinas, katanya ada penurunan anggaran untuk pengadaan pupuk,” ungkapnya menandaskan. gia
























