BI Bali: Sinergi Kebijakan Kunci Perkuat Ekonomi saat COVID-19

KEPALA Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho. ( foto: antaranews).

DENPASAR – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho berpandangan sinergi kebijakan menjadi kunci untuk terus memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia, termasuk memitigasi risiko dampak saat merebaknya COVID-19 terhadap perekonomian jangka pendek.

“Kami melihat prospek pertumbuhan ekonomi domestik 2020 akan tertahan akibat meluasnya COVID-19. Pemerintah, Bank Indonesia, dan otoritas terkait berkomitmen akan terus memperkuat sinergi kebijakan untuk memonitor dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia,” kata Trisno, di Denpasar, Kamis (2/4/2020).

Bacaan Lainnya

Pihaknya memperkirakan perekonomian Indonesia kembali meningkat pada 2021 dan menguat dalam jangka menengah. Prospek tersebut ditopang oleh tiga elemen penting yakni “Sinergi, Transformasi dan Inovasi”.

Hal tersebut sejalan dengan buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) yang diluncurkan Bank Indonesia pada 30 Maret 2020 yang mengangkat tema “Sinergi, Transformasi, dan Inovasi: Menuju Indonesia Maju”. Untuk memitigasi risiko penyebaran COVID-19, peluncuran buku dilakukan secara digital oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Mengutip apa yang disampaikan Perry, dia menambahkan, perekonomian global diwarnai dengan pergeseran struktural yang terus menguat pada 2019. Kondisi ekonomi global tersebut berdampak ke ekonomi Indonesia melalui jalur perdagangan dan finansial. Otoritas berbagai negara merespon dengan berbagai bauran kebijakan secara terintegrasi.

Baca juga :  Tetap Bangkit di Tengah Pandemi, Hadapi Perubahan Zaman, Koperasi Dituntut Lakukan Transformasi Digital

“Ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan meskipun perlambatan ekonomi dunia menekan ekspor Indonesia. Neraca pembayaran Indonesia surplus USD4,7 miliar, inflasi terkendali sebesar 2,7 persen (masih dalam kisaran sasaran), dan stabilitas sisem keuangan terkendali,” ucapnya.

Kinerja ekonomi Indonesia yang terjaga, lanjut dia, merupakan buah dari bauran kebijakan yang kuat. Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan akomodatif pada 2019 untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas kebijakan moneter dan sistem keuangan.

Selain itu, kebijakan makro prudensial akomodatif juga ditempuh dengan didukung oleh kebijakan pengembangan ekonomi syariah dan UMKM. Kebijakan sistem pembayaran terus diperkuat. Pada 2019, BI meluncurkan blue print sistem pembayaran Indonesia 2025 untuk mendukung integrasi ekonomi keuangan digital nasional.

“Ke depan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 diperkirakan tertahan di 4,2 – 4,6 karena terdampak oleh merebaknya COVID-19. Prospek ekonomi 2020 yang lebih rendah berpengaruh pada indikator perekonomian lain,” ujar Trisno, seperti dikutip dari antaranews.

Sedangkan ketahanan eksternal akan tetap baik, dimana defisit transaksi berjalan diperkirakan sebesar 2,5 – 3 persen PDB, cadangan devisa tetap kuat, inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0 + 1 persen. Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat berisiko menurunkan prospek pertumbuhan kredit 2020 yaitu sebesar 6,0 – 8,0 persen,

Perekonomian Indonesia pada 2021 diperkirakan akan kembali meningkat didukung prospek indikator makroekonomi 2021. Inflasi terkendali pada sasaran 3,0 + 1 persen, nilai tukar stabil, defisit transaksi berjalan terkendali 2,5 – 3,0 persen PDB serta pertumbuhan kredit meningkat menjadi 9,00 – 11,00 persen.

Baca juga :  Sasar BUMDes Artha Semaya, LPM Unwar Bicara Strategi Bisnis dan Sosialisasi Akuntansi Perpajakan

Pasca berakhirnya COVID -19, pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan kembali meningkat menjadi 5,2-5,6 persen, antara lain dipengaruhi upaya pemerintah memperbaiki iklim investasi melalui RUU Cipta Kerja dan Perpajakan.

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan,” katanya.

Dalam jangka menengah panjang, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan akan membaik didukung dengan penguatan ekonomi global dan peningkatan produktivitas. Prospek jangka menengah panjang tersebut didukung oleh tiga unsur penting yaitu sinergi, transformasi dan inovasi.

Sinergi kebijakan untuk menjaga ketahanan dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Transformasi ekonomi melalui penguatan sektor-sektor unggulan dan pengembangan sumber-sumber ekonomi baru. Inovasi ekonomi keuangan digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif.

Dengan dukungan ketiga unsur tersebut, Indonesia pada 2045 diperkirakan mampu menjadi negara maju, berpendapatan tinggi dan sejahtera. Buku LPI merupakan publikasi rutin Bank Indonesia yang memuat kinerja ekonomi Indonesia dalam satu tahun dan prospeknya.

LPI juga menyampaikan pelajaran penting dalam perumusan kebijakan makroekonomi, termasuk berbagai agenda yang perlu dilanjutkan dalam memperkuat perekonomian. Berbeda dengan penulisan LPI sebelumnya, LPI 2019 disajikan secara tematik dan analitis dengan didukung visualisasi yang menarik. “Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi seluruh stakeholders dalam melangkah ke depan,” harap Trisno.

Baca juga :  Pasien Sembuh Covid-19 di Bali Bertambah 81 Orang, Positif 62, Meninggal Nihil

Buku LPI dapat diunduh di website Bank Indonesia pada link https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Buku-Laporan-Perekonomian-2019-Sinergi-Kunci-Utama-Menjaga-Perekonomian-di-Tengah-Pandemi-Covid-19.aspx atau dengan menggunakan QR Code. yes

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.