DENPASAR – Indonesia telah mengkonfirmasi bahwa dua warga negaranya positif terkena virus corona. Kabar buruk itupun membuat gempar bangsa ini, khususnya Bali yang bergelut di dunia pariwisata. Pemprov Bali pun merapatkan barisan untuk menyikapi situasi dan kondisi ini.
Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) didampingi Kepala Dinas Pariwisata, Putu Astawa dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. I Ketut Suarjaya memimpin Rapat Koordinasi Kesiapan Siagaan Menghadapi Virus Corona, di Ruang Rapat Prajasabha Kantor Gubernur Bali, Selasa (3/3/2020).
Rapat yang berlangsung tertutup itu tampak dihadiri Kemenhumkam Bali, Pelindo III, RUSD Sanglah, BRSU Tabanan, RS Sanjiwani, Diskominfo Bali, Angkasa Pura, Otbaniv, Kepala KKP, Kakanim Imigrasi, dan Dishub Provinsi Bali. Rapat pun berlangsung alot yang dimulai sekitar pukul 09.10 WITA hingga pukul 11.15 WITA, awak media yang meliput hanya diberikan waktu untuk mengambil gambar sebelum rapat dimulai.
“Yang kita bahas adalah bagaimana usah-usaha provinsi serta instansi terkait untuk menyikapi situasi yang berkembang saat ini. Khususnya tentang terjadinya dua pasien yang dinyatakan positif di Jakarta,” katanya seraya mengatakan, pihaknya akan menyampaikan segala informasi dengan cara terbuka.
Menurutnya, rumah sakit yang ada di Bali seperti RUSD Sanglah, BRSU Tabanan, dan RS Sanjiwani telah siap mengangani jika terjadi pasien yang terduga terdampak virus ini. “Hingga sampai saat ini, dari 25 pasien yag dirawat di beberapa rumah sakit rujukan, belum ada yang positif COVID-19. Kendatipun ada lagi dua pasien yang masih dirawat, dan kita masih menunggu hasil lab dari Jakarta, mudah-mudahan negative. Namun demikian, kita juga harus siap untuk menangani kemungkinan-kemungkinan yang terjadi,” harpanya.
Dikatakannya, untuk di RS Sanglah menyiapkan 18 kamar, Gianyar tiga ruang isolasi, dan Tabanan sebanyak tujuh kamar. Di mana ketersediaan kamar perawatan ini nantinya akan terus dikembangkan jika terjadi lonjakan pasien. “Andaikata pasiennya membludak hingga ratusan orang, skemanya telah ada, bahkan hingga memblok satu rumah sakit untuk menangani kasus ini jika terjadi di Bali. Tetapi mudah-mudahan tidak terjadi,” ungkapnya.
Terkait Bandara Ngurah Rai yang dikhawatirkan menjadi pintu masuk virus ini, Cok Ace menegaskan bahwa telah melaksanakan surveillance seusai dengan standard operational procedure (SOP).
“Mekanisme penumpang pesawat yang datang ke Bali sudah sesuai dengan alur mekanisme sesuai dengan SOP yang ada. Jadi kalau dulu kita lakukan secara tertutup, maka sekarang kita lakukan dengan cara terbuka, sehingga wisatawan yang datang ke Bali bisa merasa nyaman,” paparnya sembari menambahkan, rumah sakit yang bisa dikembangkan yakni di RS Bukit dengan kapasitas 100 pasien, dan Rumah Sakit Bali Mandara 200 pasien, untuk kemungkinan terburuk. Ditambahkannya, COVID 19 ini memiliki potensi kesembuhan 98%, Cuma hanya penyebarannya yang paling cepat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. I Ketut Suarjaya menambahkan, untuk empat pasien di Sanglah sudah keluar hasil lab tiga dinyatakan negatif. Kemudian sisa satu dan masuk hari ini (kemarin-red) sehingga jumlahnya menjadi dua pasien. Kemudian di Tabanan dirujuk satu, Sanjiwani ada tiga pasien, dan satu pasien di Badung. Dan saat ini dalam pengawasan.
“Memang dia (pasien-red) mengalami gejala-gejala flu, sesak, dan masih diobservasi serta menunggu hasil rongsen. Tes labnya kita ambil hari ini (kemarin-red) dan besok (hari ini-red). Jadi dua hari pemeriksaan baru selesai,” paparnya.
Dikataknnya, pasien tersebut WNI dan WNA, yakni di Gianyar tiga di Sanglah satu, dan Badung satu. Di mana yang terbanyak dari dari Jepang, dan disusul WNA Rusia. “Untuk WNI itu lokal Bali. Mereka datang setelah umroh. Laki-laki dan perempuan usia 60an. Sebenarnya hasil labnya sudah turun, negative. Tinggal satu lagi yang masih menunggu. Mudah-mudahan hari ini (kemarin-red) keluar hasil lab,” harapnya. 019